TUGAS MAKALAH
GENETIKA
ASLIAH
H411 10 007
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Godfrey Harold Hardy dan
Wilhelm Weinberg tahun 1908 secara terpisah menemukan
dasar-dasar frekuensi alel dan genetik dalam suatu populasi. Prinsip yang berupa
pernyataan teoritis tersebut dikenal sebagai hukum (prinsip kesetimbangan) Hardy-Weinberg.
Pernyataan itu menegaskan bahwa frekuensi alel dan genotip suatu populasi (gene
pool) selalu konstan dari generasi ke generasi dengan kondisi tertentu. Kondisi-kondisi
yang menunjang Hukum Hardy-Weinberg sebagai berikut (Edukasi,
2011) :
- Ukuran
populasi harus besar
- Ada
isolasi dari polulasi lain
- Tidak
terjadi mutasi
- Perkawinan
acak
- Tidak
terjadi seleksi alam
Dalam hal ini diterapkannya hukum
Hardy-Weinberg pada gene pool yang dimana harus memenuhi beberapa persyaratan
diatas. Dalam kehidupan biasanya terjadi probabilitas (kemungkinan), terkadang
pemikiran sering berarah ke suatu hal yang baru. Gene pool selalu berhubungan
denganhukum Hardy-Weinberg, tetapi apa yang terjadijika hukum Hardy-Weinberg
tidak berlaku pada gene pool. Oleh sebab itu makalah ini disusun.
BAB II
ISI
Evolusi adalah perubahan susunan genetik
pada generasi yang berurutan. Untuk mengetahui evolusi, sangat baik jika
mengetahui tentang genetika dari populasi (population genetik).
Genetika individu selalu menyangkut konsep genotif yakni konstitusi genetika
pada individu. Studi mengenai genetika dari populasi juga tergantung pada
konsep gene pool, yakni konstitusi genetis suatu populasi (Waluyo,
2004).
Gene
pool adalah jumlah dari seluruh gen (termasuk plasma gen) yang dimiliki
oleh semua individu. Genotip dari individu diploid hanya dapat mempunyai suatu
maksimal jumlah dari dua alel dari suatu gen. Pembatasan ini tidak dijumpai
pada gene pool dari suatu populasi. Disini dapat terdapat setiap
jumlah dari gen. kita melihat gen pool dari sudut setiap macam gen dengan
frekuensi atau perbandingan alel gen A dan a pada suatu populasi yang berbiak
secara seksual. Dan misalnya juga bahwa alel A merupakan 90 % dari jumlah kedua
alel, sedangkan alel a merupakan 10 % dari jumlah itu. Akan kita katakan
kemudian bahwa frekuensi A dan a pada gen pool populasi ini adalah 0,9 dan 0,1.
Bila frekuensi ini berubah dengan berubahnya waktu, maka perubahan ini
merupakan perubahan evolusi (Sudjono, 2008).
Prinsip
Hardy-Weinberg (kadang-kadang disebut prinsip Castle-Hardy-Weinberg, melainkan
dinamai para ilmuwan yang menemukannya) menyatakan bahwa frekuensi alel untuk
alel dominan dan resesif tetap sama selama beberapa generasi dalam populasi
tertentu selama tertentu kondisi yang ada. Dengan kata lain, 60% dari alel
dalam populasi contoh di atas akan selalu untuk mantel hitam dan 40% dari alel
akan selalu kode untuk jas putih, bahkan 100 tahun dari sekarang, asalkan tidak
ada yang terjadi bagi penduduk. Kelima kondisi yang harus dipenuhi agar prinsip
untuk bekerja:
1. Tidak ada mutasi dapat terjadi.
2. Populasi harus besar.
3. Kawin Semua harus acak (laki-laki pun bisa kawin dengan perempuan atau
sebaliknya).
4. Migrasi Tidak ada yang bisa terjadi.
5. Semua genotipe harus sama.
Prinsip Hardy-Weinberg
didasarkan pada hukum-hukum probabilitas matematika, dan mirip dengan Punnett
Squares, hasilnya bisa memetakan pada grafik yang disebut tabel
silang-perkalian.
Ketika dua alel secara acak diambil
dari kolam gen (mewakili perkawinan acak), probabilitas yang dihasilkan adalah
produk dari dua probabilitas individu untuk menggambar alel masing-masing. Oleh
karena itu, kemungkinan menghasilkan anak Bb adalah:
B x b = Bb
60% x 40% = 24%
Probabilitas menghasilkan anak BB adalah:
B x B = BB
60% x 60% = 36%
Pada tabel perkalian silang, hasilnya terlihat seperti
ini:
|
B
.60
|
b
.40
|
B
.60
|
BB
.36
|
Bb
.24
|
b
.40
|
Bb
.24
|
bb
.16
|
Karena tikus Bb masih akan
menghasilkan mouse dilapisi hitam, persentase dapat ditambahkan untuk menemukan
bahwa 84% dari tikus dalam populasi akan menjadi hitam (36% + 24% +24%) dan 16%
akan menjadi putih. Selama kondisi-kondisi yang disyaratkan, populasi ini akan
selalu 84% hitam dan 16% putih. Jika lima syarat tersebut tidak terpenuhi,
populasi akan berubah sebagai akibat dari perubahan frekuensi alel.
Dalam
hal ini jika hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku pada gene pool maka hal yang
terjadi yaitu :
1.
Hanyutan
genetik (genetic drift),
2.
Arus gen (gene flow),
3.
Mutasi,
4.
Perkawinan
tidak acak, dan
5.
Seleksi
alam. Masing-masing penyebab perubahan kesetimbangan hukum Hardy-Weinberg
atau perubahan frekuensi genetik populasi merupakan kondisi kebalikan yang
dibutuhkan untuk mencapai kesetimbangan Hardy-weinberg.
1.
Genetic drift
Hanyutan
genetik, ingenetik dalam genetika populasi,
merupakan akumulasi kejadian acak
yang menggeser tampilan lungkang gen
(gene pool) secara perlahan dari keadaan setimbang,
namun semakin membesar seiring berjalannya waktu. Sebenarnya, istilah “genetik”
kurang tepat dan yang lebih baik adalah “alel“,
karena yang sebenarnya terjadi adalah proses perubahan frekuensi alel
suatu populasi karena yang berubah adalah frekuensi dari alel-alel yang ada di
dalam populasi yang bersangkutan. Hanyutan genetik berbeda dari seleksi alam.
Yang terakhir ini merupakan proses tak acak yang memiliki kecenderungan membuat
alel menjadi lebih atau kurang tersebar pada sebuah populasi dikarenakan efek
alel pada kemampuan individu beradaptasi
dan reproduksi.
Genetic drift adalah
lepasnya frekuensi alela secara kebetulan. Peristiwa ini sangat berarti pada
populasi yang sangat kecil. Kenyataannya 1 dari 2 alela mempunyai peluang untuk
lepas adalah kira-kira 0, 8%. Hilangnya gen selalu mempengaruhi frekuensi alela
pada beberapa tingkat tetapi pengaruh tersebut menurun pada populasi yang
berukuran besar. Karena itu dalam populasi kecil, kurang dari 100 individu
hilangnya gen masih cukup kuat pengaruhnya terhadap frekuensi alela, meskipun
ada agenesia evolutif lain yang berperanan pada saat itu juga terhadap
perubahan frekuensi alela dalam arah yang berbeda.
2.
Gene flow
Aliran gen
atau gene flow merupakan pertukaran gen antar populasi, yang biasanya
merupakan spesies yang sama. Contoh aliran gen dalam sebuah spesies meliputi
migrasi dan perkembangbiakan organisme atau pertukaran serbuk sari.
Transfer gen antar spesies meliputi pembentukan organisme hibrid dan transfer gen horizontal.
Migrasi ke dalam atau ke luar populasi
dapat mengubah frekuensi alel, serta menambah variasi genetika ke dalam suatu
populasi. Imigrasi dapat menambah bahan genetika baru ke lungkang gen yang telah ada pada suatu populasi.
Sebaliknya, emigrasi dapat menghilangkan bahan genetika. Karena pemisahan reproduksi antara dua populasi yang berdivergen
diperlukan agar terjadi spesiasi,
aliran gen dapat memperlambat proses ini dengan menyebarkan genetika yang
berbeda antar populasi. Aliran gen dihalangi oleh barisan gunung, samudera, dan
padang pasir. Bahkan bangunan manusia seperti Tembok Raksasa Cina dapat menghalangi aliran gen tanaman.
Gene
flow (alur gen), akibat
adanya imigran yang dapat menambah alela baru kedalam unggun gen suatu “deme”,
sehingga dapat merubah frekunsi alela. Alur gen berarti kisaran imigran mulai
dari yang sangat rendah kesangat tinggi tergantung dari jumlah individu yang
datang dan seberapa banyak perbedaan genetik yang ada pada individu- individu
dalam “” deme” yang dapat bergabung. Bila tidak ada perbedaan yang banyak
antara “ deme- deme” dalam populasi yang besar, maka pergerakan individu
dalam jumlah yang sangat kecil diantara “ deme- deme” di pandang cukup kuat
dapat menjaga frekuensi alela tetap sama.
Bagaimanapun juga bila informasi genetik
sangat berbeda, imigrasi kecil dapat menghasilkan perubahan frekuensi
alela yang sangat besar. Misalnya hibridisasi, perkawinan dalam (
interbreeding) diantara individu- individu yang termasuk dalam spesies
yang dianggap berbeda mungkin saja terjadi. Hibridisasi semacam itu mugkin
membawa banyak alela baru kedalam populasi dan memungkinkan menjadi penyebab
dimulainya kecenderungan baru dalam evolusi penerima.
Banyak spesies yang terdiri dari
penduduk lokal yang anggotanya cenderung untuk berkembang biak di dalam
kelompok. Setiap penduduk lokal dapat mengembangkan gen yang berbeda dari yang
lain penduduk lokal. Namun, anggota dari satu populasi dapat berkembang biak
dengan sesekali imigran dari populasi yang berdekatan dari spesies yang sama.
Hal ini dapat memperkenalkan gen baru atau mengubah frekuensi gen yang ada di
warga.
Dalam banyak tanaman dan beberapa
binatang, aliran gen dapat terjadi tidak hanya antara sub-populasi dari spesies
yang sama tetapi juga antara yang berbeda (tapi masih berhubungan) spesies.
Jika hibrida kemudian berkembang biak dengan salah satu jenis orangtua, gen
baru masuk ke kolam gen dari populasi induk. Ini hanyalah aliran gen antara
spesies daripada dalam diri mereka.
3.
Mutasi
Mutasi,
kondisi pertama, tidak harus terjadi untuk menjaga keseimbangan genetik (bila
populasi tidak berubah dari waktu ke waktu, tetapi tetap sama). Sebuah mutasi
hanyalah sebuah perubahan gen, biasanya terjadi selama proses replikasi DNA,
tapi kadang-kadang karena radiasi, listrik atau bahan kimia beracun. Mutasi
bisa sangat berbahaya, tetapi dapat bermanfaat juga; tanpa mutasi, spesies baru
tidak akan pernah berkembang. Para naturalis Inggris Charles Darwin
mengemukakan bahwa seleksi alam (survival of the fittest) nikmat mutasi yang
membuat organisme lebih kuat. Mutasi, bagaimanapun, adalah jarang terjadi.
Jika populasi dwindles dalam ukuran, kolam gen
akan sangat terpengaruh karena populasi yang lebih besar (masing-masing dengan
kolam gen yang lebih besar dan lebih beragam) lebih kuat. kolam gen lebih kecil
lebih rentan terhadap perubahan karena kejadian acak. Sebuah contoh utama dari
perubahan tersebut adalah efek pendiri yang terjadi ketika suatu populasi yang
didirikan oleh hanya beberapa individu. Efek ini bertanggung jawab atas
tingginya jumlah kasus penyakit Huntington di Ohio barat dan Indiana selatan
dimana salah satu keluarga perintis asli membawa penyakit. Ini juga bertanggung
jawab untuk jumlah kucing tujuh-berujung di New England, dimana salah satu
anggota penduduk asli adalah mutan dengan tujuh jari kaki. Bahaya lain yang
terkait dengan populasi kecil kawin sedarah. Jika dua pasangan kerabat, tidak
ada materi genetik baru diperkenalkan dan keturunan yang dihasilkan dapat
menderita cacat fisik, sistem kekebalan tubuh yang lemah, dan bahkan
keterbelakangan antara lain. Untuk alasan ini, adalah bertentangan dengan hukum
untuk kerabat dekat (seperti saudara kandung, sepupu pertama dan kedua, orang
tua dan anak-anak, dll) untuk menikah di Amerika Serikat.
4.
Perkawinan tidak acak
Harus kawin acak untuk keseimbangan genetik
ada. Hal ini biasanya tidak mungkin, meskipun (terutama dengan manusia!),
Karena beberapa teman yang lebih diinginkan daripada yang lain. ritual pacaran
dan penampilan dan bau adalah faktor utama. Jika perkawinan adalah non-acak,
frekuensi alel akan berubah untuk mencerminkan pola-pola baru.
Jika organisme meninggalkan atau memasuki
populasi, keseimbangan akan hilang. Sebagian besar hewan menampilkan beberapa
jenis migrasi yang menyebabkan ukuran dan keragaman populasi untuk terus
berubah.
5.
Seleksi alam
Tidak ada yang bisa memiliki makna lebih atas
yang lain (tidak dominan / alel resesif, tapi gen), jika tidak, ini juga, akan
menyebabkan kerusakan keseimbangan. Kadang-kadang, sebuah gen tunggal dapat
menyebabkan kerusakan atau bahkan kematian kepada seseorang dalam suatu
populasi. Gen ini dapat ditularkan melalui generasi untuk menimbulkan banyak
anggota. Hemofilia adalah gen merusak umum. Secara teori, gen berbahaya harus
menghilang dari populasi dari waktu ke waktu karena mereka bertentangan dengan
hukum seleksi alam dan tidak menguntungkan bagi organisme.
Seleksi alam yang dimaksud dalam teori evolusi
adalah teori bahwa makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungannya lama kelamaan akan punah. Yang tertinggal hanyalah mereka
yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Dan sesama makhluk hidup akan
saling bersaing untuk mempertahankan hidupnya.
Masih jelas teringat di benak kita tentang
teori evolusinya yang menceritakan bahwa awalnya jerapah ada yang berleher
pendek dan ada yang berleher panjang. Lalu jerapah yang berleher panjang lebih
mudah menjangkau daun-daun muda yang tempatnya memang lebih tinggi dibandingkan
dengan jerapah berleher pendek. Akhirnya, jerapah berleher panjang dapat
bertahan hidup dan jerapah berleher pendek perlahan-lahan akan punah. Ini yang
disebut Charles Darwin sebagai “Seleksi Alam”.
Seleksi alam
adalah proses dimana mutasi genetika yang meningkatkan reproduksi menjadi (dan
tetap) lebih umum dari generasi yang satu ke generasi yang lain pada sebuah
populasi. Ia sering disebut sebagai mekanisme yang “terbukti sendiri” karena:
Variasi terwariskan terdapat dalam populasi
organisme. Organisme menghasilkan keturunan lebih dari yang dapat bertahan
hidup. Keturunan-keturunan ini bervariasi dalam kemampuannya bertahan hidup dan
bereproduksi.
Kondisi-kondisi ini menghasilkan kompetisi antar organisme untuk
bertahan hidup dan bereproduksi. Oleh sebab itu, organisme dengan sifat-sifat
yang lebih menguntungkan akan lebih berkemungkinan mewariskan sifatnya,
sedangkan yang tidak menguntungkan cenderung tidak akan diwariskan ke generasi
selanjutnya.
Konsep pusat seleksi alam adalah kebugaran evolusi
organisme. Kebugaran evolusi mengukur kontribusi genetika organisme pada
generasi selanjutnya. Namun, ini tidaklah sama dengan jumlah total keturunan,
melainkan kebugaran mengukur proporsi generasi tersebut untuk membawa gen
sebuah organisme. Karena itu, jika sebuah alel meningkatkan kebugaran lebih
daripada alel-alel lainnya, maka pada tiap generasi alel tersebut menjadi lebih
umum dalam popualasi. Contoh-contoh sifat yang dapat meningkatkan kebugaran
adalah peningkatan keberlangsungan dan fekunditas. Sebaliknya,
kebugaran yang lebih rendah yang disebabkan oleh alel yang kurang menguntungkan
atau merugikan mengakibatkan alel ini menjadi lebih langka. Adalah penting
untuk diperhatikan bahwa kebugaran sebuah alel bukanlah karakteristik yang
tetap. Jika lingkungan berubah, sifat-sifat yang sebelumnya bersifat netral
atau merugikan bisa menjadi menguntungkan dan yang sebelumnya menguntungkan
bisa menjadi merugikan.
Seleksi alam dalam sebuah populasi untuk sebuah
sifat yang nilainya bervariasi, misalnya tinggi badan, dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis. Yang pertama adalah seleksi berarah (directional
selection), yang merupakan geseran nilai rata-rata sifat dalam selang
waktu tertentu, misalnya organisme cenderung menjadi lebih tinggi. Kedua, seleksi pemutus (disruptive
selection), merupakan seleksi nilai ekstrem, dan sering mengakibatkan dua nilai yang berbeda
menjadi lebih umum (dengan menyeleksi keluar nilai rata-rata). Hal ini terjadi
apabila baik organisme yang pendek ataupun panjang menguntungkan, sedangkan
organisme dengan tinggi sedang tidak. Ketiga, seleksi pemantap (stabilizing
selection), yaitu seleksi terhadap nilai-nilai ektrem, menyebabkan
penurunan variasi di sekitar nilai rata-rata. Hal ini dapat menyebabkan
organisme secara pelahan memiliki tinggi badan yang sama.
Kasus khusus seleksi alam adalah seleksi seksual, yang merupakan
seleksi untuk sifat-sifat yang meningkatkan keberhasilan perkawinan dengan
meningkatkan daya tarik suatu organisme. Sifat-sifat yang berevolusi melalui
seleksi seksual utamanya terdapat pada pejantan beberapa spesies hewan.
Walaupun sifat ini dapat menurunkan keberlangsungan hidup individu jantan
tersebut (misalnya pada tanduk rusa yang besar dan warna yang cerah dapat
menarik predator). Ketidakuntungan keberlangsungan hidup ini diseimbangkan oleh
keberhasilan reproduksi yang lebih tinggi pada penjantan.
Bidang riset yang aktif pada saat ini adalah satuan seleksi, dengan
seleksi alam diajukan bekerja pada tingkat gen, sel, organisme individu,
kelompok organisme, dan bahkan spesies. Dari model-model ini, tiada yang
eksklusif, dan seleksi dapat bekerja pada beberapa tingkatan secara serentak.
Di bawah tingkat individu, gen yang disebut transposon berusaha menkopi dirinya
di seluruh genom.
Seleksi pada tingkat di atas individu, seperti seleksi kelompok, dapat
mengijinkan evolusi ko-operasi.
Contoh seleksi alam misalnya yang terjadi pada ngengat
biston
betularia. Ngengat biston betularia putih sebelum terjadinya revolusi
industri jumlahnya lebih banyak daripada ngengat biston betularia
hitam. Namun setelah terjadinya revolusi
industri, jumlah ngengat biston betularia putih lebih sedikit
daripada ngengat biston betularia hitam. Ini terjadi karena ketidakmampuan
ngengat biston betularia putih untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Pada saat sebelum terjadinya revolusi di Inggris, udara di Inggris masih bebas
dari asap industri, sehingga populasi ngengat biston betularia hitam menurun
karena tidak dapat beradaptsi dengan lingkungannya. namun setelah revolusi
industri, udara di Inggris menjadi gelap oleh asap dan debu industri, sehingga
populasi ngengat biston betularia putih menurun karena tidak dapat beradaptasi
dengan lingkungan, akibatnya mudah ditangkap oleh pemangsanya.
Kettlewell’s seorang dari Oxford University
pada tahun 1966 telah menyelidiki kupu hitam dan putih Biston betularia
(di Inggris). Kupu hitam banyak ditemui di daerah industri (tercemar) dan
sedikit di daerah yang tidak tercemar, dan kupu putih sebaliknya.
Untuk mengecek adanya perbedaan yang dikaitkan
dengan penambahan lingkungan maka Kettlewell’s mempelajari perkembangan
populasi kupu ini dengan cara “Marking recapture” yaitu menandai sejumlah kupu
dari dua warna itu, kemudian dilepas di daerah tercemar (Birminghan) dan di
daerah yang tidak tercemar (Dorset), setelah beberapa waktu ditangkap kembali,
hasilnya sebagai berikut:
Birminghan (tercemar)
|
Dilepas
|
Ditangkap kembali
|
Hitam
|
477
|
19%
|
Putih
|
137
|
40%
|
Dorset(tak tercemar)
|
|
|
Hitam
|
437
|
6%
|
Putih
|
496
|
12,5%
|
Kesimpulan:
1. Penyebaran kupu hitam berkorelasi dengan derajat pencemaran.
2. Ada mutasi putih ke hitam.
Demikian pula yang diperlihatkan dalam penggunaan DDT terhadap
serangga. Peningkatan penggunaan DDT mengakibatkan berkurang kekebalannya
terhadap serangga.
b. Peran Kreatif Dari Seleksi Alam
Haldane telah menghitung berapa lama fenotif
baru dapat diciptakan. Misalnya, bila setiap 15 gen berada dalam 1 persen dari
individu suatu populasi, maka kemungkinan 15 gen tersebut terdapat bersama –
sama adalah 1 didalam 1030 individu. Tetapi belum pernah ada
suatu populasi dari organisme tinggi yang terdiri 1030 individu.
Jumlah tanaman tinggi sepanjang sejarah kehidupan belum pernah mencapai angka
di atas. Sehingga kesempatan kelima gen dapat berada bersama adalah sangat
kecil. Lebih – lebih kesempatan ke-15 gen itu berada bersama – sama pada
beberapa individu. Dengan perkataan lain bahwa fenotip yang dihasilkan oleh
aksi bersama dari 15 gen tidak akan terdapat di dalam populasi.
Masih menurut Haldane, jika terdapat
seleksi alam yang berjalan dalam tingkatan sedang, hanya akan dibutuhkan
waktu kurang lebih 10.000 tahun bagi setiap gen untuk bertambah dari frekuensi
1 % menjadi 99 %. Jika setiap gen telah terdapat di dalam 99 % dari populasi,
86 % dari individu di dalamnya akan mempunyai ke-15 gen yang telah disebutkan
di atas. Jadi pada peristiwa seleksi, meskipun tanpa adanya mutasi baru dapat
menghasilkan suatu fenotip baru dengan adanya kombinasi gen.
Gambaran sebenarnya dari perubahan yang telah
diterangkan di atas secara hipotesis, telah dibuktikan oleh para ahli pertanian
dari Universitas Illionis (Amerika Serikat). Percobaan tentang seleksi pada
seleksi jangka panjang. Para ahli memilih biji jagung dengan kandungan minyak
tinggi dan dilakukan selama 50 generasi. Dalam waktu tersebut terdapat kenaikan
kandungan minyak secara berangsur – angsur. Hal tersebut terjadi dari formasi
kombinasi gen yang dihasilkan dari suatu sesi mutasi baru.
Perhitungan sederhana dibawah ini menunjukkan
percobaan di atas. Para ahli pertanian menanam jagung sebanyak 200 – 300 pohon
untuk setiap generasi. Dikalikan dengan angka 50, maka jumlah jagung yang telah
ditanam selama percobaan adalah 10.000 – 15.000, kecepatan mutasi untuk setiap
gen jagung adalah 1 untuk setiap 50.000 tumbuhan. Hal itulah yang menyebabkan
tidak mungkinnya satu mutan ke penambahan kadar minyak tentu adanya suatu seri
mutasi semacam itu tidak akan terjadi. Penambahan secara berangsur dari kadar
minyak selama 50 generasi dengan seleksi harus bersandar pada pembentukan suatu
kombinasi gen baru dan bukannya karena mutasi.
Kombinasi gen baru yang dihasilkan dari seleksi
sering menghasilkan suatu perubahan alel yang awalnya resesif menjadi dominan.
Suatu alel tidak bertindak secara otomatis sebagai resesif atau dominan. Latar
belakang genetik menentukan aktivitas suatu alel. Bila latar genesis berubah
lewat pergeseran dari suatu gen, maka aktivitas dari gen – gen lain sampai pada
batas tertentu.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pada
populasi biparental, seleksi alam atau buatan menentukan arah perubahan. Sebagian
besar dengan perubahan frekuensi dari gen yang muncul karena mutasi sembarang (random
mutation) dari beberapa generasi sebelumnya. Hal ini akan mewujudkan
adanya kombinasi gen yang berudan aktivitas gen yang menghasilkan fenotip baru.
Mutasi yang umumnya bukanlah suatu kekuatan pengaruh pada evolusi, peran
evolusi yang terutama bagi mutasi baru (dan kombinasi baru dari gen) adalah
pengganti persediaan variabilitas di dalam gen pool, yang pada akhirnya
melengkapi potensi mana seleksi yang akan dating dapat bertindak.
c. Peran Pengawet (Konservatif) dari Seleksi Alam
Telah dijelaskan tentang peran kreatif seleksi
alam yang mengarah ke pembentukan kombinasi gen baru yang dapat member arah
terhadap proses evolusi. Sebaliknya, seleksi alam juga dapat berperan sangat
penting sebagai factor konservatif atau pengawet. Setiap organisme sepanjang
perjalanan evolusinya, telah memiliki susunan gen yang dapat saling
mempengaruhi menurut jalan yang tepat dalam mengatur proses pertumbuhan, faal,
biokimia dimana kelangsungan hidup suatu spesies tergantung. Segala sesuatu
yang merusak interaksi harmonis dari genbiasanya merugikan spesies yang
bersangkutan. Tetapi pada populasi yang berbiak secara seksual, penggolongan
gen baru ini akan berkurang daya adaptasinya daripada golongan asli (meskipun
beberapa dapat lebih besar daya adaptasinya). Sebagian besar dari adaptasi baru
cenderung merusak penggolongan gen yang menguntungkan, yang mana kekuatan hidup
dari sesuatu spesies tergantung. Seleksi alam bekerja secara tetap untuk
melenyapkan semua kombinasi, kecuali kombinasi yang sangat menguntungkan,
mengimbangi rekombinasi dan mutasi merusak. Dengan demikian seleksi alam juga
merupakan faktor utama dalam mempertahankan stabilitas tanpa hal itu tentu
terjadi kekacauan.
d. Adaptasi
Setiap organisme dapat dikatakan merupakan
suatu kumpulan kompleks dari sejumlah besar adaptasi. Adaptasi yang terjadi
memiliki hubungan dengan kebutuhan makanan, pertukaran zat, transport di dalam
jaringan, regulasi cairan tubuh, aktifitas efektor, reproduksi dan lain
sebagainya. Adaptasi merupakan setiap sifat yang dikendalikan secara genetic
yang membantu suatu organism atau spesies, untuk dapat hidup dan berbiak pada
keadaan lingkungan dimana spesies itu berada.
Adaptasi pada organism dapat berupa bentuk,
faal atau kelakuan. Adaptasi dapat secara genetis sederhana yang dikendalikan
oleh satu atau dua gen, atau dapat pula kompleks yang dikendalikan oleh banyak
sekali gen. Adaptasi dapat menyangkut seluruh organ atau sistem organ. Dapat
pula adaptasi bersifat sangat khusus, atau berguna hanya pada suatu keadaan
yang bermacam – macam.